Gutel – Cimpe Makanan Khas Rakyat Kutacane yang Mulai Dilupakan Generasi Muda

  • Whatsapp

 

BEDAHNEWS.com – Gutel, salah satu makanan tradisional masyarakat Gayo dari Aceh Tenggara yang terbuat dari bahan utama tepung beras, gula merah, kelapa, yang kemudian dibalut daun pandan. Soal rasa, gutel (kudapan) ini bisa menjadi teman yang pas dengan segelas kopi. Dulunya gutel dijadikan bekal saat melakukan perjalanan ke hutan atau saat melawan penjajah Belanda dan Jepang karena gutel mampu bertahan selama beberapa hari.

Muat Lebih

“Makanan ini sudah ada sejak zaman dulu, bahkan pada zaman perang pun makanan ini sudah ada untuk bekal melawan penjajah Belanda dan Jepang,” kata Nek Jumah salah satu warga desa Sebudi Jaya, Kab.Aceh Tenggara,

Sekilas, gutel ini mirip dengan gorengan jenis godok-godok. Menariknya adalah gutel ini dibalut dengan daun pandan sehingga terlihat rapi dan aromanya sangat khas wangi bau daun pandan. Namun, gutel berbeda dengan makanan yang lain karena jika kita ingin makan gutel harus sedikit-sedikit tidak boleh terlalu banyak, jika makan terlalu banyak akan cepat enek (berasa hendak muntah, muak, mual), maka itu memakan gutel sedikit-sedikit.

Yang menarik dari pembuatan gutel ini adalah karena pembuatannya yang dikemul ( digumpalkan dengan kekuatan genggaman jari tangan). Sehingga isinya padat, “ Tingkat kelezatan dan kenikmatan gutel ini juga terletak pada tingkat kecintaan kita pada si pembuatnya, “ sebut Nek Jumah sambil tertawa.

Cara membuat gutel sangatlah mudah. Pertama masukan tepung beras kedalam wadah lalu masukan juga parutan kelapa aduk kedua bahan tersebut hingga tercampur merata, setelah kedua bahan tersebut tercampur merata kemudian masukan gula merah yang telah di iris/potong kecil-kecil, lalu masukan garam secukupnya serta beri sedikit air lalu aduk semua bahan menggunakan tangan agar semua merata dan gula tidak bergumpal. Setelah semua tercampur rata dan rasanya juga sudah manis ambil adonan seukuran genggaman tangan lalu balut dengan daun pandan. Setelah semua adonan gutel selesai dibalut, langkah selanjutnya kukus gutel selama kurang lebih 30 menit, setelah matang lalu angkat dan gutel siap di sajikan dengan segelas kopi.

Namun, di zaman yang serba canggih ini, gutel sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Sehingga, gutel hanya ada pada saat perayaan kebudayaan, acara Maulid serta saat hari-hari tertentu saja. Dan pada saat ini yang menjual gutel juga sudah sangat jarang ditemui di Aceh Tenggara khusunya di Desa Sebudi Jaya. Nek Jumah berharap semoga gutel khas masyarakat Gayo tetap ada dan masih dapat dinikmati serta diminati anak muda pada zaman sekarang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *