Mengenal Lebih Dekat Kebudayaan Karo Lewat Desa Dokan

  • Whatsapp

Wartawan : Josua Syahrizal Sembiring

KABUPATEN KARO | BEDAHNEWS.com – Desa Budaya Dokan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Merek Kabupaten Karo yang jaraknya kira-kira 20 kilometer dari Kota Kabanjahe. Apabila dari Kota Medan jaraknya sekitar 95 km. Desa ini terletak di antara kota Berastagi dan Danau Toba.

Muat Lebih

Desa Budaya Dokan dikenal sebagai desa tradisional yang menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Karo. Desa ini merupakan salah satu dari tiga desa yang mewakili sejarah dan peradaban budaya Karo. Desa lainnya adalah Desa Lingga dan Desa Peceran. Hal ini ditandai masih berdirinya rumah adat Siwaluh Jabu, rumah adat berusia ratusan tahun yang menyiratkan kekayaan adat masyarakat setempat.

Kepala Desa Budaya Dokan Martinus Sembiring mengatakan, desa ini banyak dikunjungi turis-turis manca negara, seperti turis dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang, Malaysia dan Singapura.

Dikatakan rumah Siwaluh Jabu karena di dalam rumah ini terdapat delapan jabu yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram. Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat, papan, bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu.

Semua rumah tradisional Karo mempunyai pemilik, dimana pemiliknya haruslah seorang ayah yang sudah tua agar mengerti tradisi masyarakat Karo. Rumah kayu ini tak dilengkapi kamar tidur dan ruang tamu. Semua anggota keluarga tidur di jabu atau ruangan tanpa penyekat.

Khusus untuk bapa (bapak) dan nande (ibu) diberi penyekat berupa kain panjang yang setiap pagi dilepas. Ruangan tersebut berfungsi ganda, tempat memasak, tempat makan dan berkumpul, sekaligus tempat tidur keluarga.

Rumah adat ini umumnya dilengkapi empat dapur. Masing-masing dapur memiliki dua tungku untuk dua keluarga yang biasanya mempunyai hubungan kekerabatan sangat erat. Setiap tungku dapur menggunakan lima batu sebagai pertanda bahwa di suku Karo terdapat lima marga yakni Ginting, Sembiring, Tarigan, Karo-karo dan Perangin-angin.

Di bagian depan dan belakang rumah terdapat ture seperti teras dilengkapi redan atau tangga. Kedua ujung atap masing-masing dilengkapi dua tanduk kerbau. Tanduk itu diyakini sebagai penolak bala.

Ture biasanya menjadi tempat muda-mudi mengawali percintaannya. Gadis Karo dahulu kala menganyam tikar atau mbayu amak di atas tempat ini, sebelum menemukan jodoh. Rumah berbentuk panggung dan beratap ijuk ini memiliki dua pintun (pintu) dan delapan jendela. Ruangan setiap keluarga disebut jabu. Sedangkan kolong rumah dimanfaatkan sebagai kandang ayam, babi, kerbau serta tempat menyimpan kayu bakar. Referensi:https://karo.or.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *