Jurnalis : Zubir
BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Warga Gampong Kuala Ceurape, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, kini menghadapi tantangan berat pascabanjir bandang yang melanda wilayah tersebut pada 25–26 November 2025 lalu. Selain bantuan pangan, masyarakat sangat berharap adanya perhatian serius pemerintah terhadap pemulihan sektor ekonomi yang lumpuh total akibat bencana.
Harapan tersebut disampaikan langsung oleh Keuchik Kuala Ceurape, Nasrul (50), saat meninjau kondisi warganya yang masih bertahan di pengungsian, Minggu (21/12/2025) pagi. Menurutnya, pemulihan ekonomi menjadi kunci utama agar masyarakat dapat kembali mandiri memenuhi kebutuhan keluarga serta biaya pendidikan anak-anak.
“Jika ekonomi tidak segera dipulihkan, masyarakat akan terus bergantung pada bantuan. Padahal, yang paling dibutuhkan saat ini adalah kesempatan untuk kembali bekerja,” ujar Nasrul.
Ia menjelaskan, sektor ekonomi utama warga Kuala Ceurape, yakni tambak perikanan dan pertanian sawah, saat ini tidak dapat digarap karena tertimbun material lumpur sisa banjir. Berdasarkan data gampong, luas tambak ikan dan udang warga yang terdampak mencapai 87 hektare, sementara lahan sawah seluas 10 hektare juga mengalami pendangkalan parah.
Untuk pemulihan ekonomi, masyarakat berharap adanya normalisasi tambak dan sawah, termasuk pengerukan lumpur serta perbaikan saluran air agar suplai air laut ke tambak kembali lancar. Dengan demikian, aktivitas budidaya perikanan dan pertanian dapat kembali berjalan.
“Tambak dan sawah kami sudah dangkal akibat lumpur banjir. Kami sangat berharap adanya normalisasi, termasuk saluran air, agar bisa kembali berproduksi,” jelas Keuchik.
Selain kerusakan lahan usaha, banjir juga berdampak besar terhadap sektor perikanan tangkap. Sebanyak 25 unit boat milik nelayan dilaporkan rusak dan hilang terbawa arus banjir. Kerusakan ini semakin memperparah kondisi ekonomi warga pesisir yang menggantungkan hidup dari hasil laut.
“Saat ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk pemulihan ekonomi pascabencana banjir ini, termasuk perbaikan boat nelayan,” ungkap Nasrul.
Sementara itu, dari sisi dampak sosial, hingga kini tercatat 257 kepala keluarga (KK) masih mengungsi di empat tenda pengungsian yang disediakan, termasuk bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen. Pada siang hari, sebagian warga kembali ke rumah untuk membersihkan sisa lumpur, namun malam hari kembali ke tenda karena dapur umum masih beroperasi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Bencana banjir juga menyebabkan lima unit rumah hilang total, 60 unit rumah rusak berat, serta puluhan rumah lainnya mengalami kerusakan ringan. Selain itu, satu unit jembatan akses nelayan yang menghubungkan Dusun Pasi Gampong Kuala Ceurape dengan Dusun Pasi Gampong Alue Kuta dilaporkan ambruk.
Tak hanya itu, sejumlah jalan usaha tani dan akses menuju rumah warga terputus, termasuk jalan utama di tanggul sungai menuju Gampong Jambo Kajeung, Kecamatan Kuta Blang, sepanjang sekitar 100 meter. Kerusakan tersebut turut berdampak pada fasilitas umum, termasuk satu unit bangunan Taman Kanak-Kanak (TK) yang ikut terdampak.
Keuchik Nasrul menambahkan, selama masa tanggap darurat dan pascabanjir, Pemkab Bireuen telah menyalurkan bantuan masa panik berupa sembako, tenda darurat, serta menurunkan alat berat untuk membuka dan membersihkan akses jalan desa.
“Untuk persediaan makanan saat ini masih mencukupi beberapa hari ke depan. Namun, kami berharap bantuan ini berkelanjutan, terutama untuk pemulihan sarana ekonomi yang rusak agar masyarakat tidak terus bergantung pada bantuan,” pungkas Nasrul.








