Jurnalis : Zubir
BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Terputusnya jalur utama penghubung Bireuen–Takengon akibat rusaknya Jembatan Teupin Mane memaksa ratusan warga mencari jalur alternatif dengan menyeberangi sungai menggunakan boat bermesin tempel dan ban kendaraan. Penyeberangan darurat tersebut berada di lintasan Desa Paya Cut, Kecamatan Juli, menuju Leubok Iboh, Desa Teupin Mane, Kabupaten Bireuen, sekitar dua kilometer di sebelah barat jembatan yang ambruk.
Lokasi penyeberangan ini kini menjadi satu-satunya tumpuan mobilitas warga. Selain memanfaatkan tali yang masih terikat di bekas jembatan rusak, warga juga menggunakan satu unit boat bermesin tempel yang dikendalikan dengan tali agar tidak terseret arus deras. Alternatif lain yang digunakan warga adalah menyeberang dengan bantuan ban besar kendaraan roda empat.
“Kalau yang berani bisa naik ban, tapi kalau takut ada boat untuk menyeberang,” ujar Khaidir, salah seorang warga yang ikut mengatur antrean penumpang, Jumat (5/12/2025).
Satu ban besar yang telah dililit tali mampu mengangkut dua orang penumpang dalam sekali perjalanan. Proses penyeberangan dibantu oleh dua orang pengendali yang berenang melawan arus dari Paya Cut menuju Leubok Iboh.
Sementara bagi penumpang yang memilih menggunakan boat, mereka harus berjalan kaki sejauh sekitar 30 meter menembus aliran sungai untuk mencapai posisi boat yang siaga. Kondisi tersebut terpaksa dilakukan karena bagian sungai di sisi Bireuen cukup dangkal, sedangkan bagian tengah sungai memiliki kedalaman yang cukup опас.
Setelah seluruh penumpang naik, mesin boat dihidupkan, lalu kabel penarik dipegang kuat oleh pengendali agar perahu tidak terbawa arus, hingga akhirnya merapat ke seberang. Pemandangan serupa tampak saat boat kembali ke titik awal, yang selalu dipadati warga yang sudah mengantre untuk menyeberang.
Terkait biaya jasa penyeberangan, Khaidir menyebut pihaknya mematok tarif Rp20.000 per orang. Namun, ia menegaskan bahwa operasional penyeberangan ini murni mengedepankan asas kemanusiaan.
“Untuk ongkos memang diminta Rp20.000 per orang, tapi kalau memang tidak punya, tetap boleh menyeberang. Orang sakit, bantuan sembako untuk pengungsi juga tidak kami pungut,” tegasnya. “Kami bekerja semampu mungkin demi kemanusiaan,” tambah Khaidir.
Lebih lanjut, Khaidir mengungkapkan bahwa pengoperasian boat ini melibatkan lebih dari 30 orang relawan. Boat yang digunakan merupakan bantuan dari seorang pengusaha asal Bireuen, Haji Udun, yang dengan sukarela meminjamkan armadanya untuk membantu warga. Kegiatan penyeberangan darurat ini telah berlangsung selama lima hari terakhir.
Pantauan Bedahnews.com di lokasi menunjukkan ratusan warga duduk berkelompok di tepi sungai, bersabar menunggu giliran. Setelah dipanggil, warga yang telah mendaftar satu per satu berjalan menuju aliran sungai. Barang bawaan mereka terlebih dahulu diserahkan kepada pengelola boat sebelum ikut menyeberang.
“Operasional boat dimulai sejak pagi hingga menjelang Magrib untuk penyeberangan warga. Pada malam hari, boat difokuskan untuk mengangkut sembako dan kebutuhan pokok,” pungkas Khaidir.








