Jurnalis : Zubir
BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Bencana banjir bandang yang melanda 17 kecamatan di Kabupaten Bireuen sejak Selasa (25/11/2025) hingga Rabu (26/11/2025) meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat, khususnya warga Gampong Simpang Mulia.
Sebanyak 23 unit rumah warga di gampong tersebut dilaporkan hanyut dan hilang sepenuhnya, terseret derasnya arus sungai. Seluruh bangunan itu roboh dan jatuh ke badan sungai, menyisakan puing-puing di sepanjang aliran.
Akibat kehilangan tempat tinggal, puluhan korban kini terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat yang didirikan oleh Pemerintah Gampong Simpang Mulia dengan dukungan pemerintah daerah.
Sekretaris Desa (Sekdes) Simpang Mulia, Rusli, kepada Bedahnews.com, Kamis pagi (5/12/2025), mengungkapkan bahwa banjir bandang tidak hanya menghancurkan rumah warga, tetapi juga meluluhlantakkan sejumlah infrastruktur vital.
“Selain 23 rumah warga, banjir juga merusak bangunan meunasah, Pondok Bersalin Desa (Polindes), dua unit balai pengajian, serta bangunan sekolah yang kini sudah menjadi bagian dari alur sungai. Jembatan gantung sebagai satu-satunya akses penyeberangan ke Gampong Simpang Jaya, Kecamatan Juli, juga hilang diterjang banjir,” jelas Rusli.
Ia menambahkan, pemerintah gampong bersama Pemkab Bireuen telah bergerak cepat menyiapkan lokasi pengungsian, serta menyalurkan bantuan logistik berupa bahan makanan bagi para korban.
Namun demikian, Rusli mengungkapkan bahwa kendala utama yang kini dihadapi masyarakat di wilayah pegunungan tersebut adalah krisis Bahan Bakar Minyak (BBM). Ketersediaan BBM sangat dibutuhkan untuk aktivitas warga, penanganan darurat, serta distribusi bantuan.
Sementara itu, salah seorang korban, Yusnidar (50), menceritakan detik-detik mencekam saat banjir bandang menerjang kampungnya.
Ia mengaku, pada Selasa malam (25/11/2025), dirinya bersama anak dan warga lainnya masih berada di dalam rumah ketika tiba-tiba seorang tetangga datang berteriak meminta semua orang segera keluar karena air bah datang dengan sangat cepat.
Dalam kondisi panik dan gelap gulita, Yusnidar bersama warga hanya bisa menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
“Kami hanya sempat membawa pakaian di badan. Uang simpanan saya Rp1,5 juta juga ikut hilang bersama rumah yang jatuh ke sungai,” tutur Yusnidar dengan mata berkaca-kaca.
Masyarakat korban banjir berharap pemerintah daerah dan pihak terkait segera mempercepat pemulihan infrastruktur, terutama pembangunan jembatan, fasilitas ibadah, pendidikan, serta memenuhi kebutuhan mendesak pengungsi, khususnya pasokan BBM yang saat ini sangat terbatas.








