Jurnalis : Zubir
BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Kondisi kesehatan pengungsi korban banjir bandang di Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, mulai memburuk. Puluhan warga yang mengungsi di sejumlah titik mulai terserang penyakit seperti demam dan gatal-gatal. Mereka berbondong-bondong mendatangi posko kesehatan yang didirikan di Desa Alue Kuta maupun Puskesmas Jangka, Selasa (2/12/2025).
Informasi yang diterima menyebutkan, keluhan kesehatan tersebut muncul karena para pengungsi sudah beberapa hari berada di lokasi pengungsian dengan kondisi lingkungan lembab dan terbatasnya fasilitas sanitasi.
Kepala UPTD Puskesmas Jangka, Mursal SKM, membenarkan adanya peningkatan jumlah pengungsi yang mengalami demam. Ia mengatakan tim medis telah membuka beberapa titik posko pelayanan kesehatan, termasuk di Desa Alue Kuta, untuk memudahkan masyarakat mendapatkan penanganan.
“Banyak pengungsi mulai mengalami demam dan gatal-gatal. Tim medis terus melayani dan memberikan obat-obatan sambil memantau perkembangan kondisi mereka,” ujar Mursal.
Di Desa Alue Kuta, jumlah pengungsi mencapai lebih dari 250 orang. Mereka kehilangan tempat tinggal karena rumah rusak, hancur, atau masih tertimbun lumpur dengan ketebalan lebih dari satu meter.
Dampak banjir bandang di Kecamatan Jangka disebut sangat parah. Ratusan rumah rusak berat dan sebagian lainnya tertutup material lumpur. Camat Jangka, Mulyadi SP MSM, menyebut sejumlah desa terdampak paling serius, di antaranya:
Jangka Mesjid: Seluruh rumah terendam, jumlah pengungsi mencapai 1.300 jiwa.
Jangka Ketapang: Sekitar 500 jiwa mengungsi ke meunasah.
Bugeng: Hampir seluruh rumah ikut terendam.
Alue Kuta: Sebanyak 40 rumah hancur, akses jalan masih dipenuhi lumpur tebal. Terdapat 800 jiwa pengungsi yang tersebar di dua titik (Meunasah dan Dusun Pasi). Dua dapur umum juga didirikan, sementara kebutuhan air bersih sangat mendesak.
Kuala Ceurape: Sebanyak 35 rumah rusak total atau hanyut terbawa arus.
Camat menjelaskan, ratusan warga masih bertahan di meunasah, masjid, dan titik pengungsian lainnya. Dapur umum terus dioperasikan karena banyak rumah yang tidak layak huni akibat kerusakan berat atau tertimbun lumpur.








