Jurnalis : Zubir
BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Ratusan siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bireuen memadati halaman Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat pada Senin–Selasa, 17–18 November 2025. Mereka mengikuti Festival Budaya Bahasa Ibu, sebuah ajang yang digelar untuk merevitalisasi dan menghidupkan kembali Bahasa Aceh di tengah derasnya arus modernisasi.
Sebanyak 285 peserta turut serta dalam kegiatan tersebut, terdiri dari 149 siswa SD dan 136 siswa SMP. Antusiasme para pelajar menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian bahasa dan budaya daerah.
Ragam Lomba Bertema Tradisi
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Bireuen, M. Tasrief, SE, MM, menyampaikan bahwa festival ini menghadirkan sejumlah perlombaan sarat nilai budaya lokal, di antaranya:
Buhak (mendongeng)
Pidato Bahasa Aceh
Penulisan dan Pembacaan Hadīh (puisi tradisional)
Lagu Jameun (tembang tradisi)
Calitra Paneuk (cerita pendek)
Meucagok (adu pantun/berbalas kata)
Perlombaan tingkat SMP digelar pada hari pertama, sementara lomba bagi siswa SD berlangsung pada hari kedua.
Pantauan Bedahnews.com di lokasi menunjukkan antusiasme tinggi dari peserta. Dalam lomba pidato, para siswa tampil percaya diri dan fasih menggunakan Bahasa Aceh, menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial dengan artikulasi yang baik.
Pada cabang Calitra Paneuk, beberapa peserta menyuguhkan cerita bertema kekinian, seperti pengaruh media sosial terhadap pergaulan remaja, yang dikemas menarik dalam Bahasa Aceh. Sementara itu, lomba Lagu Jameun menghadirkan suasana syahdu melalui lantunan tembang tradisi yang dibawakan penuh penghayatan.
Seluruh penampilan peserta dinilai oleh dewan juri dari Majelis Adat Aceh serta unsur pemerhati budaya, guna memastikan keaslian, nilai seni, dan kekuatan pelestarian budaya tetap terjaga.
Bahasa Aceh sebagai Identitas
Sekretaris Disdikbud Bireuen, Zamzami, menegaskan bahwa pelestarian bahasa daerah merupakan langkah penting untuk menjaga identitas dan kearifan lokal.
“Festival ini menjadi langkah nyata untuk memperkuat penggunaan Bahasa Aceh di kalangan pelajar,” ujarnya.
Zamzami menambahkan, festival ini juga menjadi wadah bagi siswa untuk mengekspresikan kreativitas sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa ibu. Ia berharap Bahasa Aceh terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya menjadi mata pelajaran di sekolah.
Pada akhir kegiatan, panitia akan menetapkan juara satu, dua, dan tiga di setiap cabang perlombaan.
Festival Budaya Bahasa Ibu di Bireuen ini menjadi bukti nyata bahwa Bahasa Aceh tetap hidup, berkembang, dan terus diwariskan kepada generasi muda.








