Suplai Air ke Ribuan Hektare Sawah Terancam, Waled Nu Samalanga Soroti Kerusakan Bendung Lhok Peudeng

  • Whatsapp

Jurnalis : Zubir

BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Kondisi Bendung Mercu Irigasi Lhok Peudeng di Gampong Meurah, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, kian memprihatinkan. Bagian lantai depan bendung yang berfungsi menahan arus air dari Krueng Batee Iliek itu kini terkikis parah. Bahkan, sejumlah besi baja penyangga sudah terlihat dan tersangkut potongan kayu akibat kuatnya arus sungai.

Muat Lebih

Kerusakan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya keretakan struktur utama bendung yang berpotensi mengancam pasokan air untuk ribuan hektare lahan pertanian di dua kabupaten. Tokoh ulama kharismatik Aceh, Tgk H. Nuruzzahri Yahya atau yang akrab disapa Waled Nu Samalanga, menyerukan agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk melakukan perbaikan.

“Kami sangat mengharapkan kepada pemerintah untuk sesegera mungkin memperbaiki kerusakan itu sebelum semakin meluas,” tegas Waled Nu usai menghadiri Kenduri Babah Lueng di lokasi bendung, Minggu (2/11/2025).

Menurut Waled Nu, bendung Lhok Peudeng memiliki peran vital bagi sektor pertanian dan kehidupan masyarakat. Selain mengairi lebih dari dua ribu hektare sawah di Kecamatan Samalanga dan Simpang Mamplam, bendung tersebut juga menyuplai air ke sebagian wilayah Kabupaten Pidie Jaya.

“Air dari Krueng Batee Iliek ini juga sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat dan sejumlah dayah di Samalanga yang memiliki santri dalam jumlah besar,” ujarnya.

Permintaan perbaikan disampaikan langsung oleh Waled Nu di hadapan Bupati Bireuen, H. Mukhlis, serta sejumlah kepala dinas terkait dan Muspika Samalanga yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Camat Samalanga, Muhammad Rizal, menjelaskan bahwa jaringan irigasi Lhok Peudeng saat ini menopang pasokan air bagi 1.242 hektare sawah di Samalanga, 1.567 hektare di Simpang Mamplam, serta sebagian wilayah Pidie Jaya.

Menanggapi hal itu, Bupati Mukhlis yang juga tercatat sebagai salah satu pelaksana pembangunan bendung tersebut pada masa konflik Aceh tahun 2003, menyatakan bahwa kerusakan di bagian lantai depan memang perlu direhabilitasi namun belum mengancam fungsi utama bendung.

“Yang berbahaya itu kalau terjadi kebocoran di bagian bawah. Itu bisa menyebabkan air tidak cukup masuk ke intake atau saluran utama,” jelas Bupati Mukhlis, sembari menegaskan pentingnya pemeliharaan menyeluruh agar bendung tetap berfungsi optimal.

Meski demikian, masyarakat dan tokoh agama setempat tetap berharap agar pemerintah daerah maupun provinsi segera melakukan langkah perbaikan, baik skala minor maupun mayor. Hal ini penting untuk menjamin kelangsungan pasokan air bagi pertanian, kebutuhan rumah tangga, serta pesantren-pesantren di kawasan Samalanga.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *