BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Akses penghubung antara Desa Hagu dan Desa Lawang di Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen kembali terputus setelah jembatan darurat yang dibangun sebelumnya ambruk pada Selasa (8/4/2025) malam.
Jembatan darurat dari batang kelapa tersebut merupakan pengganti jembatan permanen yang putus akibat banjir pada Januari 2025 lalu.
Menyikapi kondisi darurat ini, Bupati Bireuen, H Mukhlis ST, bergerak cepat dengan meninjau langsung lokasi pada Rabu (9/4/2025) sore.
Turut hadir dalam peninjauan tersebut Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bireuen, pejabat Dinas PUPR Provinsi Aceh, Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bireuen, Camat Peudada, serta sejumlah pejabat terkait lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Mukhlis yang juga dikenal sebagai kontraktor di Bireuen, menyatakan bahwa pembangunan jembatan darurat yang baru tidak akan dilakukan di lokasinya. Hal ini disebabkan oleh kondisi sungai yang semakin melebar dan berpotensi menyebabkan longsor akibat erosi di sekitar lokasi jembatan lama.
“Kondisi sungai saat ini sudah mengikis sisi kiri dan kanan jembatan lama. Kami putuskan untuk membangun jembatan darurat sekitar 25 meter dari lokasi awal,” jelas Bupati Mukhlis kepada awak media di lokasi.
Bupati Gunakan Dana Pribadi untuk Pembangunan Darurat.
Melihat betapa mendesaknya kebutuhan akses penghubung bagi masyarakat, terutama untuk aktivitas pendidikan anak-anak sekolah dan santri dayah, Bupati Mukhlis mengambil kebijakan cepat dan responsif. Ia memutuskan untuk menggunakan dana pribadinya agar pembangunan jembatan darurat baru dapat segera direalisasikan dalam dua hari ke depan.
“Saya ambil kebijakan ini karena urgensinya sangat tinggi. Aktivitas warga sangat terganggu, terutama akses pendidikan. Anak-anak harus bisa ke sekolah dan dayah tanpa hambatan,” tegasnya.
Untuk mempercepat proses pembangunan, alat berat juga akan segera didatangkan ke lokasi.
Solusi Jangka Panjang: Pembangunan Jembatan Permanen di Tahun 2026.
Sementara itu, untuk solusi jangka panjang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen telah merencanakan pembangunan jembatan permanen Hagu–Lawang untuk masuk dalam program anggaran tahun 2026. Saat ini, Pemkab Bireuen sedang dalam tahap penyusunan perencanaan dan pengajuan anggaran untuk proyek tersebut.
Dampak Ambruknya Jembatan: Warga Terisolasi, Rumah Terancam, Pipa PDAM Putus
Ambruknya jembatan darurat ini telah menyebabkan terisolasinya ratusan warga Desa Hagu dan Lawang. Ketiadaan akses alternatif semakin memperparah kondisi. Selain itu, dua rumah warga dan fasilitas pemerintah juga terancam ambruk akibat meluasnya erosi sungai. Salah satu rumah yang terdampak parah adalah milik Darwinsyah, warga Desa Hagu, yang bagian dapurnya telah amblas ke sungai.
Lebih lanjut, jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang melintasi jembatan juga putus, mengakibatkan gangguan pasokan air bersih ke wilayah Lawang, Peudada, hingga Jeunieb.
“Putusnya jembatan ini berdampak luas. Selain akses warga terputus, rumah warga dan fasilitas pemerintah ikut terancam, serta pipa PDAM juga patah,” keluh salah seorang warga di lokasi kejadian.
Desa Lawang dikenal sebagai kawasan perkebunan yang produktif dengan komoditas utama seperti jagung, pisang, dan kelapa sawit. Banyak petani dari desa-desa sekitar yang mengandalkan akses jembatan ini untuk mengangkut hasil panen mereka. Kini, dengan putusnya jembatan, aktivitas ekonomi warga menjadi lumpuh.
Warga juga menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan ada dua keluarga di Desa Lawang yang menggelar pesta pernikahan, sehingga kebutuhan akan akses jalan yang memadai menjadi semakin mendesak. Mereka berharap pembangunan jembatan darurat baru dapat segera diselesaikan.
Camat Peudada Bireuen, Erry Seprinaldi SSTP MSi, menjelaskan bahwa ambruknya jembatan darurat disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur wilayah Peudada dan Bireuen sejak Selasa sore. Selain merusak jembatan, hujan deras juga menyebabkan banjir di belasan desa di sekitar wilayah tersebut.
Dengan adanya respons cepat dari Bupati Bireuen untuk segera membangun jembatan darurat baru menggunakan dana pribadi, diharapkan akses transportasi dan aktivitas masyarakat di Desa Hagu dan Lawang dapat segera pulih. Warga pun menantikan realisasi pembangunan jembatan permanen sebagai solusi jangka panjang untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.
Laporan : Zubir











