Imigran Rohingya ketika mendarat didesa Paya Pelawi, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur pada (30/11) lalu. (Foto: Ist/BDN).
ACEH TIMUR, BEDAHNEWS.com – Sekjen Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Aceh Timur, Rizal Hadi mengatakan penambahan lokasi Relokasi imigran Rohingya di Aceh Timur yang akan ditempatkan di gedung Magnet School hanya menimbulkan konflik baru ditengah masyarakat.
Hal itu diungkapkanya senin (9/12/2024), manakala pemerintah akan menambah relokasi imigran rohingya di wilayah pemukiman desa.
“Kami khawatir jika hal ini dipaksakan maka warga akan melakukan aksi pengusiran, Oleh karena itu kami meminta agar pemerintah mencari lokasi lain,” kata Rizal.
Sudah cukup banyak pengungsi yang ditempatkan di Aceh Timur sehingga tidak lagi ada tempat di Aceh Timur untuk para Imigran.
Sementara itu kepala desa diwilayah Peureulak Aceh Timur yaitu desa Bale Buya T.Husaini dan desa Dama Tutong Junaidi juga menolak terhadap rencana pemerintah menjadikan Gedung Magnet School sebagai tempat penampungan imigran Rohingya.
Penolakan ini disampaikan merespon adanya surat dari Kemenko Polhukam yang dikeluarkan pada 8 November 2024 terkait akan adanya relokasi Imigran Rohingya dari beberapa tempat di Aceh menuju Aceh Timur.
Menurut Husaini, masyarakat kecewa karena keputusan tersebut diambil tanpa konsultasi dengan pemerintah desa.
“Satgas Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri (PPLN) seharusnya kordinasi terlebih dahulu dengan kami sebelum mengusulkan Gedung Magnet School sebagai lokasi relokasi,” katanya.
Sementara itu Junaidi Keuchik Dama Tutong menjelaskan bahwa mereka merasa tak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan meminta pemerintah untuk tidak membebani mereka dengan relokasi Rohingya ke Gampong tersebut.
“Kami meminta pemerintah untuk mempertimbangkan ulang rencana ini,” tegasnya.
Laporan : Yanto