BIREUEN, BEDAHNEWS. com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdukbud) Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, menggelar Focus Group Discusion (FGD) Ensiklopedia Budaya Kabupaten Bireuen edisi Ritus yang berlangsung di Aula Lantai II kantor Disdukbud, Rabu pagi (18/9/2024).
Kegiatan dibuka Kadisdikbud Bireuen, Muslim tersebut dihadiri Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Bireuen, Drs Ridwan Khalid, sejumlah tokoh dari berbagai unsur, Kabid Kebudayaan dan tim dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh.
Kadisdikbud Bireuen, Muslem dalam sambutannya intinya berharap melalui FGD ini nantinya sejumlah ritus yang menjadi bahasan dalam pertemuan ini dapat dibukukan dan tata caranya bisa diketahui oleh gerenasi penerus, ujar Kabid Kebudayaan, Muhammad Tasrief usai kegiatan.
Ketua MAA Kabupaten Bireuen, Drs Ridwan Khalid yang tanyai usai pertemuan menyampaikan kepada media, kami hari ini mengikuti FGD tentang pembutaan ensiklopedia tentang adat dan budaya di Aceh. “Ini kegiatan yang cukup bagus apalagi akan lahirnya sebuah buku yang akan menjadi bahan ajar di sekolah,” ujarnya.
Untuk membahas ini tentu tidak cukup sekali ini saja digelar perlu beberapa kali lagi dan menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh lainnya. Sehingga saat buku itu lahir
nantinya tidak menjadi buku yang prematur. “Tetapi semua isi yang ada di dalamnya nanti dapat kita pertanggungjawabkan,” harapnya.
Menurutnya, budaya Aceh saat ini telah tergerus perkembangan zaman. “Jadi anak-anak saat sekarang mereka tidak tahu lagi apa itu adat dan budaya termasuk apa itu khaduri blang, khanduri laot,” sebutnya.
“Ini kegiatan yang cukup bagus dan kita memberi apresiasi, dan saya tadi juga menyerahkan agar pembahasan ini bisa diperluas karena akan banyak sekali yang akan kita minta pendapat tokoh lainnya, hari ini belum final, kita baru menyusun daftar inventarisasi masalah sehingga ada pembahasan tahap selanjutnya,” terang Ridwan Khalid mantan ketua DPRK Bireuen.
Ahmad Zaki tim ISBI Aceh menjelaskan bahwa mereka diminta oleh Disdikbud Bireuen menyusun insiklopedia budaya yang ada di Bireuen khususnya bagian ritus. “Kita ambil tujuh Ritus selama ini timbul tenggelam dan fokus kita untuk merevitalisasi, membangun, menyemarakkan kembali ritus yang ada di masyarakat,” jelasnya.
Adapun ritus dimaksud ada peusijuk, peucicap, khanduri blang, khanduri uteun, peuglah kaoy, dan samadiah. Jadi semua ritus itu ditulis ulang dengan berbagai informasi budayawan, para orang tua atau tokoh, termasuk dari Majelis Adat Aceh (MAA) Bireuen.
Adapun tujuan FGD ini adalah untuk memperkuat kembali informasi yang sudah kami susun sebelumnya untuk dapat divalidkan kembali sehingga nanti dapat menjadi ensiklopedia yang baik nantinya, terangnya.
“Kami memberi apresiasi kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen telah menjadi pelopor bergerak dalam penyusunan ensiklopedia budaya Bireuen ini,” tuturnya.
Laporan : Zubir