CJH di Peusijuk Tetua Adat Geudong Alue

  • Whatsapp

BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Calon Jamaah Haji asal Desa Geudong Alue, Kecamatan Kota juang, kabupaten Bireuen Mereka satu persatu dipeusijuek (tepung tawari) oleh seorang tetua adat. Prosesi pelepasan calon jamaah yang akan berangkat menunaikan ibadah haji ini digelar di rumahnya setempat, Sabtu (1/6/2023).

Masyarakat datang untuk menyaksikan prosesi peusijuek calon jamaah haji. Prosesi ini merupakan sebuah tradisi dalam adat Aceh yang masih dipertahankan hingga sekarang.

Muat Lebih

Sebelum berangkat ke tanah suci Dr purnama peusijuek atau tepung tawari di kediamannya di desa Geudong Alue kecamatan Kota juang kabupaten Bireuen sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa.

Peusijuek atau tepung tawar merupakan tradisi adat aceh turun temurun yang di laksanakan masyarakat aceh yaitu salah satu bentuk rasa syukur masyarakat aceh kepada allah SWT karena cita citanya telah tercapai dan atau hendak berangkat ke tanah suci dan menempati rumah baru dan hendak mengendarai kendaraan baru serta berbagai bentuk rasa syukur lainnya.

Seperti yang di laksanakan oleh Dr purnama setia budi salah satu calon jamaah haji yang hendak berangkat ke tanah suci dan sebelum berangkat dan ia melakukan acara adat aceh atau pisijuek di kediaman rumahnya yang di hadiri oleh para tamu dan masyarakat sekitar desa Geudong Alue kecamatan Kota juang.

Prosesi peusijuek tidak dilakukan sembarangan orang. Untuk melakukannya diutamakan dilakukan oleh orang yang memahami dan menguasai hukum agama sebab prosesi peusijuek ini diisi dengan acara mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bersama sesuai dengan agama Islam yang dianut secara umum oleh masyarakat Aceh.

Dalam peusijuek digunakan sejumlah bahan seperti beras padi, rumput hijau atau on sinijuek, dan air. Menurut Dr purnama, bahan yang digunakan tersebut hanya simbol bukan suatu kepercayaan. “Masak upacara tidak ada visual jadi bahan itu semua hanya simbol,” jelas Dr purnama.

Bahan atau alat yang digunakan tentu mempunyai arti tersendiri. Beras padi, misalnya mencerminkan sumber kehidupan. Sebab, masyarakat Aceh zaman dahulu tidak bertani tapi hanya makan beras dari padi. Selain itu, memercik air dan on senijuek berarti untuk mendinginkan. Ia mencontohkan, jika sebelumnya orang terlihat marah-marah tapi setelah dipeusijuk jiwanya akan tenang kembali.

Sementara nasi ketan mempunyai arti sebagai perekat antara satu orang dengan orang lain. Setelah prosesi peusijuek selesai digelar, nasi ketan ini selanjutnya dibagi kepada warga yang hadir untuk dimakan secara bersama-sama.

Dalam peusijuek, juga diatur cara-caranya. Namun kadang tata cara pelaksaan peusijuek ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. “Beda caranya saja. Kadang daerah tidak beraturan seperti itu,” ungkap.

Dr purnama mengatakan kegiatan peusijuek ini di laksanakan sebagai bentuk rasa syukurnya kepada allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk berangkat ke tanah suci pada tahun ini.

Selain itu kegiatan ini juga menjadi satu kesempatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan masyarakat sekitar dan saling bermaafan sebelum berangkat ke tanah Suci.

Laporan : Zubir

Editor : Bung Dewa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *