Kemenag Bireuen Adakan Penyuluhan Kepada PAI, Sesmenag Sebagai Narasumber

  • Whatsapp

Jurnalis – Zubir

BIREUEN,BEDAHNEWS.com – Dalam rangka pembinaan dan penguatan moderasi beragama bagi Penyuluh Agama Islam (PAI) di lingkungan Kankemenag Bireuen, kantor tersebut menghadirkan (secara daring) Sekretaris Menteri Agama RI, Dr H Thobib Al-Asyhar SAg MSi sebagai salah satu narasumber (3/11/2021)

Muat Lebih

Selain Thobib, panitia juga mengundang narasumber dari unsur Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menyampaikan tentang wawasan kebangsaan dan ruh radikalisme dalam pengarusutamaan moderasi beragama sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI.

Kegiatan pembinaan PAI PNS dan non-PNS di lingkungan Kankemenag Bireuen terkait pengarusutamaan moderasi beragama dan wawasan kebangsaan, berlangsung  di ruang pertemuan HAI Coffee, Matangglumpangdua-Bireuen, diikuti 30 peserta dari 17 kecamatan di Bireuen.

Thobib yang juga tim pokja moderasi beragama Kemenag Pusat di awal materi pada sesi pertama menyampaikan bawah dalam mensosialisasikan moderasi beragama, kemenag harus satu komando sehingga tidak salah dalam menilai konsep moderasi beragama itu sendiri.

Menurutnya, esensi diturunkannya agama adalah untuk membebaskan manusia dari penjajahan, kekerasan, kebodohan, fanatisme, dan kemiskinan. “Dalam kontes berhubungan dengan orang yang berbeda agama atau kelompok agama lainnya, kita jangan mengedepankan fanatisme yang bisa mengganggu interaksi sosial,” katanya.

Thobib menambahkan, agama hakikatnya adalah apa yang dipahami, dihayati, ditafsirkan, dan dilaksanakan penganutnya. Karena itu lanjutnya, sangat penting menjaga moderasi beragama, di mana kita tidak terlalu ekstrem kanan atau ekstrim kiri.

Batasan ekstrem di mana cara pandang, sikap, dan praktek keagamaan dapat mencederai nilai luhur kemanusiaan, melanggar kesepakatan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dan melanggar ketentuan hukum yang menjadi panduan bermasyarakat dan bernegara, ungkap Thobib.

Sementara itu indikator moderasi beragama menurutnya akan mengarahkan warga negara untuk memiliki komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi.

Adapun tantangan moderasi beragama, tambahnya lagi antara lain berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik beragama yang berlebihan (ekstrem) yang mengesampingkan martabat kemanusiaan. Berkembangnya klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan.

Selanjutnya, berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI, jelas Thobib yang juga dosen psikologi Islam pada kajian timur tengah dan Islam SKSG Universitas Indonesia itu.

Usai penyampaian materi, moderator membuka sesi tanya jawab yang kemudian dimanfaatkan tiga peserta yaitu Dra Wardah dan Munawir SSosI, PAI kecamatan Puesangan Siblah Krueng; serta Thaybullayakbal, PAI kecamatan Kota Juang.

Setelah menanggapi semua pertanyaan, di akhir sesi narasumber berpesan kepada peserta untuk terus mensosialisasikan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat guna menciptakan kerukunan umat.

“Terminologi moderasi beragama lebih aman digunakan dari pada terminologi lainnya. Terminologi ini kita selalu berupaya untuk menarik ‘ke tengah’ umat yang terlanjur bersikap ekstrem,” pungkas Thobib, yang juga ahli bidang literasi digital kaum milenial.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *