Camat Samalanga Mursyidi, SH.(BEDAHNEWS.com/ Zubir).
Jurnalis: Zubir
BIREUEN, BEDAHNEWS.com – Jalan induk masuk kota Kecamatan Samalanga yang semula bernama Matang Samalanga, Kabupaten Bireuen kini sudah berganti menjadi jalan Letnan Kololone (Letkol) Teuku Abdul Hamid Azwar.
Hal itu seperti dikatakan Camat Samalanga Mursyidi, SH, kepada BEDAHNEWS.com, Selasa (20/04/2021).
Perubahan nama jalan tersebut, menurut Mursyuidi, diusulkan oleh tokoh masyarakat setempat mengingat jasa jasa yang beliau torehkan dalam karir militer dan kehidupan dia. Dia terlihat langsung dalam perang kemerdekaan negara ini. Pun demikian, sosok ini telah diusulkan menjadi pahlawan nasional kepada pemerintah pusat.
“Kepada masyarakat Samalanga, Insya Allah mulai tanggal 24 April ini, ruas jalan induk masuk kota Samalanga dirubah, dari jalan Matang Samalanga mejadi jalan Letkol T.A. Hamid Azwar,” kata Mursyuidi.
Lanjutnya, Samalanga merupakan daerah yang menjadi pusat Kota Santri itu dengan dayah dan pesantren yang dikenal luas sampai ke luar negeri, juga memiliki banyak tokoh, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemerintah Bireuen ketika menerima usulan tokoh setempat.
Penabalan nama baru terhadap jalan tersebut, sebut Mursyidi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bireuen yang menetapkan perubahan nama sebagaiman usulan dari tokoh Samalanga.
Siapakah sosok Letkol T.A Hamid Azwar?
media ini melakukan penelusuran ke beberapa sumber. Seperti perjalanan kehidupan beliau yang tulis pada laman wikipedia.org yang merangkum track record dia.
Letnan Kolonel TNI (Purn.) Teuku Abdul Hamid Azwar lahir di Kutaraja, Aceh, 23 Oktober 1916, ia meninggal di Singapura pada tanggal 7 Oktober 1996, tepatnya umur beliau pada 79 tahun.
Lelaki ini adalah seorang pejuang di bidang strategi miiliter yang lihai dalam penyediaan logistik. Teuku Abdul Hamid Azwar beristrikan Cut Nyak Manyak Keumala Putri (Cut Nyak Djariah) yang selalu memotivasi dan mengingatkan suaminya agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar. Ketika Teuku Hamid Azwar hendak bergabung dengan pasukan Jepang, Cut Nyak Manyak melarang dan menanyakan alasannya. Namun setelah dijelaskan bahwa keikutsertaannya dalam pasukan Jepang adalah dalam rangka menimba ilmu militer dan mengetahui strategi musuh, akhirnya Cut Nyak Manyak mengizinkannya.
Kepercayaan yang diberikan isterinya akhirnya dibuktikan oleh Teuku Hamid Azwar ketika Indonesia baru saja mengumumkan proklamasi kemerdekaan. Teuku Hamid Azwar langsung berinisiatif mendirikan API, sebuah embrio TNI di Aceh.
Pada saat menjadi kepala staff divisi V API/TKR Komandemen Sumatera, Teuku Hamid Azwar berhasil menghancurkan 1 batalyon tentara Jepang yang berjumlah 1000 orang lengkap dengan persenjataannya di Krueng Panjoe, Langsa, Aceh Timur. Kejadian pasukan Jepang mengibarkan bendera putih dan menyerah tersebut terjadi pada tanggal 26 November 1945, sekitar pukul 12.50 WIB.
Sewaktu terjadi pertempuran Krueng Panjo tersebut, Mayor Ibihara selaku Penasihat Batalyon itu tewas dengan melakukan “harakiri” setelah melakukan perundingan, sedangkan Komandan Batalyon, Mayor Takashi, luka berat berlumuran darah. Tentara Jepang yang luka berat dibawa ke rumah sakit untuk dirawat,kemudian bersama dengan yang lainnya dibawa ke Lhokseumawe guna menunggu kapal untuk dipulangkan ke negeri mereka.
Kemenangan pasukan Teuku Hamid Azwar ini ternyata memberi efek positif bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Belanda mengurungkan niatnya untuk menduduki Aceh setelah mengetahui ternyata Aceh telah mempunyai pasukan yang sanggup mengalahkan Jepang di Tanah Rencong. Aceh merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang tidak tersentuh Belanda pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1947, Letkol Teuku Hamid Azwar bersama perwira-perwira TNI di Sumatera dari Corp Intendance lainnya yakni Letkol Teuku M. Daud (Samalanga) dan Letkol H.A. Thahir mendirikan Central Trading Corporation (CTC) di Bukittinggi, yang kemudian hijrah ke Jakarta, (hingga kini gedungnya masih tegak berdiri di jalan Kramat Raya). Adapun tujuan CTC didirikan adalah untuk mengusahakan perlengkapan logistik dan senjata tentara Indonesia.
CTC dari hasil bisnis Teuku Hamid Azwar berhasil menyumbangkan sebuah kapal dengan nomor registrasi PBB 58 LB kepada ALRI. Kapal ini pada saat itu bermanfaat karena merupakan transportasi penting untuk menembus blokade laut Belanda sehingga TNI mendapat banyak senjata dari luar.
Teuku Abdul Hamid Azwar dan istrinya Cut Nyak Keumala Putri (Cut Nyak Djariah) juga menyumbangkan emasnya untuk membeli sebuah Pesawat Udara jenis Avro Anson RI 004 di Thailand.
Selain itu, Teuku Abdul Hamid Azwar juga memiliki jasa lain, yaitu ketika dia ditunjuk oleh Presiden RI Soekarno bersama M. Dasaad mendirikan Departemen Store Sarinah, yaitu departemen store termegah pada masa itu, yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta, dan masih tegak berdiri hingga sekarang.
Teuku Abdul Hamid Azwar wafat pada tanggal 7 Oktober 1996 dan dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir Jakarta, dan sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, 17 Juli 1998, “Angjatan 45” Dewan Harian Daerah, DKI Jakarta menganugerahi “Pemancangan Bambu Runcing Dipusaranya.”
Setelah bercerai dengan Cut Nyak Manyak, Teuku Abdul Hamid Azwar menikah dengan Cut Asiah dan tidak dianugerahi keturunan.Teuku Hamid Azwar tidak hanya lihai di bidang strategi militer, ia juga lihai di bidang bisnis. Di tangannya, CTC berhasil mendirikan banyak cabang CTC di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain di New York, Hamburg, London, Amsterdam, Tokyo, Bangkok, Hongkong, dan Singapura. Sebagai Direktur utama, ia berhasil mengibarkan bendera Indonesia dalam membangun reputasi bisnis di dunia internasional di awal kedaulatan kemerdekaan RI.