Jurnalis: Syamsuddin
ACEH TIMUR, BEDAHNEWS.com – Sebanyak 23 group Panton Aceh Kabupaten Aceh Timur ikut ambil bagian dalam perlombaan memeriahkan hari jadi Kabupaten Aceh Timur ke 64, yang akan digelar 15–17 November 2020, di LPPL Radio Cempala Kuneng.
Ketua pelaksana kegiatan lomba, M. Yusuf Ali atau yang dikenal dengan sebutan Abu Seumangat, Sabtu (7/11/2020) menjelaskan, katagori yang diperlombakan dalam Panton Aceh Lam Haba adalah, katagori Pembangunan Aceh Timur, katagori Sosialisai Covid-19 dan katagori Pelestarian Seni Budaya dan Adat Istiadat, dimana pada masing-masing katagori akan terpilih tiga yang terbaik.
Abu Seumangat menambahkan, perlombaan ini baru pertama kali dilaksanakan semenjak radio Cempala Kuneng pulang (pindah_red) ke Aceh Timur.
“Walau kegiatan lomba Panton Aceh Lam Haba diselenggarakan di tengah pandemi, tetapi penyelenggaraannya tetap dilakukan dengan mematuhi Protokol Kesehatan,” tambahnya.
Abu Seumangat mengungkapkan penyelenggaraan ini merupakan kerjasama dengan LPPL Radio Cempala Kuneng Aceh Timur sebagai bentuk dukungan agar para generasi muda terdorong untuk melestarikan kebudayan lokal.
“Walaupun kegiatan ini tidak ada anggaran, namun kami bersama Radio Cempala Kuneng memohon kepada semua pihak agar membantu menjadi donatur sehingga lomba ini dapat terlaksana demi melestarikan budaya Aceh,” pinta Abu Seumangat.
Abu Seumangat juga menjabarkan, kegiatan perlombaan ini bertujuan untuk menghidupkann kembali seni budaya Aceh yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda saat ini. Menurutnya, seni panton merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan untuk diwariskan kepada anak cucu dimasa yang akan datang.
“Kami mengharapkan melalui perlombaan ini menjadi salah satu usaha kita bersama untuk mewariskan anak-anak generasi penerus bangsa agar mencintai budayanya. Jangan sampai kebudayaan-kebudayaan kita ini hilang di telan jaman,” ujar Abu Seumangat.
Keberadaan panton Aceh telah tergerus oleh budaya-budaya luar, sehingga perlu kepedulian semua pihak untuk mempertahankan budaya yang telah diwariskan oleh “indatu” (nenek moyang_red) dahulu. Ia menekankan pentingnya generasi muda untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan asli masyarakat Aceh.
“Karena perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat, jangan sampai malah anak-anak kita tidak ada yang berminat jadi penerus budaya kesenian ini,” imbuh Abu Seumangat.
Seperti halnya budaya-budaya daerah lain yang terus dipertahankan oleh daerahnya masing-masing, maka seharusnya budaya-budaya Aceh pun harus dilestarikan. Dirinya sangat menyayangkan bila masyarakat malah tidak mencintai budayanya sendiri hingga akhirnya kehilangan identitas.
“Padahal budaya daerah lain terus dilestarikan bahkan sampai ke tingkat nasional maupun luar negeri, jangan sampai masyarakat kita malah tidak bangga akan budayanya sendiri,” kata Abu Seumangat mengingatkan.