Pendampingan Masyarakat Pinggiran Sungai Deli Mengatasi Sampah

  • Whatsapp

Wartawan: Mulyadi

MEDAN, BEDAHNEWS.com – Komunitas peduli lingkungan, Sahabat Alam Sumatera Utara (SALAM) sejak tahun 2017 telah melakukan pendampingan dan edukasi alam terhadap masyarakat pinggiran Sungai Deli yang merupakan Ikon Kota Medan, tepatnya di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, Sumatera Utara.

Muat Lebih

Edukasi tentang lingkungan kerap mereka lakukan dengan sekitar 30 an anak di perkampungan tersebut. Pendidikan tentang umum, bermain, menari hingga tentang sampah selalu mewarnai aktivitas komunitas itu.

Sebelumnya masyarakat di kelurahan tersebut kerap membuang sampah di aliran sungai dengan seenaknya. Namun, kehadiran komunitas SALAM mampu mengubah pola tersebut dengan cara mengedukasi warga dan anak-anak untuk tidak membuang sampah ke sungai dengan mengumpulkan sampah untuk di pilah kemudian memanfaatkannya.

Sampah yang organik dibuang dan nonorganik dijadikan limbah berharga dengan mendaur ulang sampah dengan cara sangat sederhana yang disebut Ekobrik (Memasukkan sampah ke dalam botol plastik kosong).

Maldini Sihombing salah satu relawan SALAM, Minggu (8/3/2020) mengungkapkan, sungai Deli sangat potensi dijadikan wisata Ikon Kota Medan. Hanya butuh pembenahan cukup signifikan untuk mengubahnya. Aktifitas arung jeram (rafting), jalur wisata sepanjang sungai Deli dan taman pinggiran sungai juga menarik untuk dijadikan daya tarik objek wisata.

Diteruskannya, pola penghijauan yang dilakukan dengan masyarakat mampu membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.

“Kami mengajak masyarakat menanam pohon, seperti Mangga, Alfukat, Aren dan Ketapang dengan mengundang partisipasi warga dalam pelaksanaanya,” jelasnya.

Ulfa Julianti Ketua Sanggar Anak yang dibentuk oleh komunitas SALAM mengatakan, hampir setiap hari anak sekitaran sungai Deli berkumpul di sanggar untuk bermain, berdiskusi, latihan menari hingga belajar teater.

“Terkadang orang tua mereka yang mengantarkan anak-anaknya bermain dan belajar di sanggar ini,” kata Mahasiswa UMN semester V Jurusan Pendidikan Anak tersebut.

Menurutnya, keberadaan sanggar ini diharapkan dapat membantu anak yang kurang mampu, seperti anak lainnya mampu mengikuti les tambahan di lembaga pendidikan yang ada.

“Memberikan pendidikan tambahan dikomunitas ini sama halnya anak ikut les tambahan,” jelasnya.

Diva (12) salah satu siswi kelas 6 sekolah dasar, mengaku tertarik dengan aktifitas yang didapatkan di sanggar tersebut, sebab biasanya aktifitas di kampung hanya berkumpul dan bermain di seputaran kuburan Muslim masyarakat Arab dekat daerah tersebut, namun permainan yang lebih bermanfaat didapat di komunitas ini.

Pemberdayaan pemuda sekitar menjadi relawan sanggar, awalnya berat dilakukan, apalagi awal kehadiran komunitas ini dianggap hal yang mengganggu kebiasaan kehidupan mereka di sepanjang sungai seperti membuang sampah sembarangan. Saat ini justru pemuda sekitar yang menjadi relawan lingkungan untuk mengedukasi masyarakat yang semula menganggap bertentangan.

“Sebagian masyarakat sekitar hidup dengan menggunakan air sungai Deli sebagai tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) sehingga, perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah. Sebab, jika hal ini terus dilakukan maka sangat mengganggu bagi kesehatan masyarakat sekitar,” tambah Relawan bentukan Lukman Hakim Siagian tersebut.

Komunitas dan masyarakat menghasilkan produk berbahan limbah melalui proses daur ulang sampah (Ekobrik), yang digunakan untuk pondasi benteng dan sudah dicoba salah satu rumah warga di daerah tersebut. Botol plastik diisi 200-250 sampah plastik hingga padat dan dapat dijadikan alternative batu bata.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *