Wartawan: Mulyadi
LANGSA, BEDAHNEWS.com – Seratusan hektar sawah tadah hujan di Kecamatan Langsa Barat terancam kekeringan. Hujan yang tak kunjung turun dalam beberapa minggu terakhir membuat sawah mulai retak-retak.
Kondisi itu mulai dikeluhkan petani di Gampong Pujuk Teungoh Faridah (52). Dia hanya pasrah menunggu hujan turun karena tidak memiliki uang untuk menggunakan mesin pompa air untuk menarik air dari parit.
Untuk membantu para petani mengairi sawah tadah hujan, Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Langsa telah membangun sumur bor diareal persawahan desa tersebut dengan anggaran sebesar Rp. 135.ooo.ooo yang bersumber dari dana APBN tahun 2019.
Namun, sumur bor yang dibuat tidak maksimal karena air yang keluar dari sumur bor itu sangat kecil bahkan ada yang tidak mengeluarkan air.
“Air yang keluar sedikit, ini sudah tidak air,” tambah Faridah.
Terkait persoalan tersebut, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Langsa Rudi Selamat mengatakan akan turun untuk mengecek permasalahan dan kondisi sumur bor.
“Kita akan turun untuk melihat dan mencari solusi,” kata Rudi.
Menurut informasi yang dihimpun BedahNews.com, pembuatan sumur bor di Gampong Paya Bujuk Teungoh hampir sama dengan pembuatan sumur bor di Gampong Paya Bujuk Beuramoe. Sumur bor yang dibuat kedalamannya bervariasi, ada yang menggunakan dua pipa dan ada tiga pipa, padahal dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) tiap sumur bor kedalamannya menggunakan lima pipa. Sehingga ada dugaan, tidak keluarnya air diakibatkan pengerjaan sumur bor tersebut tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.