Wartawan : Zubir
BIREUEN|BEDAHNEWS.com – Aisyah (34) warga Gampong Matang Kulee Kecamatan Peulibang Kabupaten Bireuen tinggal bersama tiga anak yang masih kecil. Aisyah tidak pernah mendapat bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH).
Untuk memenuhi kebutuhan harian, Aisyah terpaksa berkeja mengutip sampah di TPA ( Tempat Perbuangan Akhir) demi menghidupi anak-anaknya yang masih kecil.
“Penghasilan dari sampah yang terkumpul selama seminggu berkisar di antara Rp. 50rb, tidak mungkin kebutuhan kami dapat terpenuhi apalagi untuk membangun rumah yang lebih layak bagi anak kami,” ungkap Aisyah.
Untuk menuju lokasi TPA, Aisyah membutuhkan waktu hampir tiga jam dengan berjalan kaki, ditambah beban anak dalam gendongan dan yang satunya harus di papahnya.
Keadaan semakin bertambah rumit semenjak perceraian menerpa rumah tangga Aisyah. Saat itu terjadi ketika usia kandungan masih satu bulan, papar Aisyah yang semakin sesak menahan tangis dan berusaha kehapus aiar matanya yang kian deras mengalir.
Aisyah bercerita sejak ditinggal pergi suaminya ke Malaysia, kehidupan sehari-hari bersama ketiga anaknya sangat terbatas. Aisyah yang hidup bersama tiga orang anaknya masih “bahagia” menempati rumah yang tidak layak huni beralas tanah dan beratap rumbia di antara ribuan rumah duafa yang dibangun pemerintah.
Bukan hanya rumah, untuk makan saja terkadang Aisyah terpaksa makan seadanya. Masalah gizi, sudah pasti terlewatkan.
“Suami saya udah lama bekerja di Malaysia tapi tidak pernah kirim duit untuk butuhan rumah tangga,” sebut Aisyah.
Anehnya, menurut pengakuan Aisyah, rumah itu sudah cukup banyak yang datang untuk mengambil foto dengan janji akan merehab atau memberikan bantuan rumah.
“Tetapi mereka datang hanya untuk foto-foto saja, sejak anak saya kecil sampai berumur 7 tahun, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda rumah saya akan dibangun,” sebut Aisyah.
Sangat disayangkan memang, Aisyah warga yang berhak menerima bantuan pemerintah justru belum tersentuh prigram bantuan sosial dari pemerintah. Padahal, bantuan rumah di Kabupaten Bireuen cukup banyak hingga mencapai ribuan lebih.
“Kami sangat membutuhkan rumah, karena rumah kami ini sekarang atapnya sudah bocor dan dindingnya bolong-bolong,” keluh Aisyah.